Keajaiban Ponimin Selamat dari Wedhus Gembel.
Keajaiban itu terjadi di lereng Merapi. Ketika awan panas meluluhlantakkan dusun Kinahrejo, sebuah keluarga selamat. Meski rumahnya hancur, Ponimin, kepala keluaga itu bersama istri dan lima anaknya bertahan hidup. Mereka berlindung di balik sebuah rukuh (mukena).
Ponimin hanya luka bakar di bagian telapak kakinya, sedangkan satu anaknya luka bakar di bagian siku. Anggota keluarga lainnya sehat.
Peristiwa ini memang ajaib. Padahal rumah Ponimin hancur, kaca-kaca pecah, genting berterbangan. Rumahnya pun hanya berjarak sekitar 6 km dari puncak Merapi. Tapi Ponimin beserta keluarganya selamat.
Yati, istri Ponimin masih ingat betul peristiwa itu. Dia menceritakan hawa panas tiba-tiba menerjang disertai angin kencang dan debu. Dia bersama Ponimin dan anak-anaknya berlari masuk ke kamar. Mereka berlindung di balik rukuh (mukena) milik yati.
“Kami selamat, meski api berkobar-kobar disekeliling kami. Atap rumah beterbangan. Kaca-kaca jendela pecah,” cerita Yati. (Baca juga: Ponimin, Calon Pengganti Mbah Maridjan)
Setelah awan panas reda, mereka bergerak ke luar rumah. Namun tanah yang diinjak terasa panas. Mereka berhasil naik mobil di halaman rumah yang selamat dari amukan awan panas. Namun baru berjalan beberapa meter, ban mobil pecah karena meleleh. Mereka kembali masuk rumah.
Mereka kemudian mengumpulkan tujuh bantal dan satu sajadah. Benda-benda itulah yang kemudian dijadikan “jembatan” untuk keluar dari rumah, menuju tempat aman.
Agak jauh dari rumah, mereka ditolong pak Tris, tetangganya yang juga selamat dan kemudian dilarikan ke RS Panti Nugroho di Pakem. Rukuh yang menyelamatkan nyawa Ponimin dan keluarganya itu kini disimpan. “Sudah ada yang nawar Rp 40 juta. Namun tidak saya kasih,” kata Yati.
Ponimin dan keluarga memilih kini mengungsi di rumah dokter Anna Ratih Wardhani di Dusun Ngenthak, Kelurahan Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, Sleman hingga saat ini. Selama mengungsi, dokter Anna merawat luka bakar di telapak kaki Ponimin. Akibat kedua telapak kakinya yang melepuh, Ponimin hingga saat ini hanya bisa duduk dan berbaring di kasur.
Pada hari ini Ponimin dijenguk oleh Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas. Ponimin yang bekas abdi dalem yang ditunjuk menjadi calon juru kunci gunung Merapi. “Kowe saiki sing tunggu Merapi (kamu sekarang yang menunggu Merapi),” kata GKR Hemas saat mengunjungi Ponimin di rumah pengungsiannya di Dusun Ngenthak, Kelurahan Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Kamis (28/10) siang.
Namun, permintaan GKR Hemas itu tidak langsung disanggupi oleh Ponimin. “Kula dereng saged matur sakmenika (saya belum bisa menjawab saat ini),” kata Ponimin. “Yo wis, kuwi dirembug mengko (ya sudah, nanti dibicarakan lain waktu),” kata GKR Hemas.
http://www.tempointeraktif.com/hg/jo...287930,id.html
Subhanallah...
Ane gak bisa comment apa-apa...
Ketika Allah SWT berkehendak, apapun bisa terjadi....
Quote:
Buat yang udah berburuk sangka sama Ponimin dan Istrinya, silakan baca Koran Tempo Edisi Hari Ini Senin 1 November 2010 Halaman A9. Utk edisi online nya bisa klik di link ini: http://www.korantempo.com/korantempo...216612.id.html |
Muke itu sendiri adalah pemberian Ponimin 7 thn yang lalu.. Meskipun sudah bulukan, tuh mukena selalu dia pakai sholat dan naik haji.. Istri Ponimin ini sudah naik haji 3 kali, dan terakhir naik haji 2 tahun yang lalu..